DAFTAR LABEL

Tuesday 7 April 2009

adenium

Kiat mengembangkan adenium di negara kita musti banyak mencontoh Thailand yang telah lebih dahulu berkibar sebagai kiblat adenium khususnya di Indonesia. Setelah beragam bunga adenium ditawarkan, muncul trend baru dengan tanaman adenium arabicum yang didandani dengan berbagai macam nama.

Ternyata setelah ditelusuri, dinegara gajah putih inipun arabicum ya memang sekedar arabicum. Diberi nama hanya untuk membedakan bentuk ( form ) nya saja. Setelah dicek dan diperbandingkan, disalah satu website yang cukup menonjol asal sana, terlihat hanya disinilah sebagian besar nama-nama merk dan cap-cap tadi melambung dan terkenal bagai artis. Kiat bisnis yang harus diacungkan jempol, tapi itu sah-sah aja, karena dalam bisnis dewasa ini,
kemasan menjadi faktor yang terpenting untuk dapat menjual produk. Dari beberapa rekan responden disana, umumnya hanya tau arabicum saja karena bapak dan emaknya ngga jelas, yang namanya Thai socotranum juga ngga banyak yang tau. Nama itu bukan hybrid, bukan juga asal-usul genetis, cuman nama seperti kita sering jumpai disini, Nona Lebat Bunga, Si Besar hitam, Si kecil Mungil. Cuman ya itu tadi, dari luar negeri kelihatannya eksotis banget, beda kalau namanya Neng Geulish, Jegeg Bulan, Selem Denges, atau Ayu Putri Kembang Sejuto, kesannya ndesoo...katrok..

Harus diakui sepak terjang pebisnis disana cukup top. Salah seorang pengusaha yang cukup berkibar menjual melalui website, awalnya bergerak dibidang seputar komputer, akhirnya banting setir karena mungkin prospek berjualan adenium mensupply Hobbiest di Indonesia lewat internet cukup menjanjikan. Selain itu penduduk Indonesia yang berjumlah 200 -an juta cukup potensial untuk dijadikan pembeli utama. Juga dia telah mempelajari perilaku orang-orang kita berdasarkan bisnis ikan Louhan, yang sangat membabi buta membeli produk-produk apa saja yang lagi trend.

Yang cukup mengherankan didalam meluncurkan produk baru, dilakukan hanya dengan mengumpulkan produk-produk yang ada dari nursery ke nursery, dari rumah kerumah. Kemudian dikumpulkan yang sejenis, yang memiliki karakter khas, warna batang sama, bentuk batang mirip, atau bonggol tidak jauh beda, akan diberi stempel nama baru dan dipasarkan sebagai persilangan baru ( yang parentnya juga mereka ngga tau ). Bahkan disanapun nama itu tidak dikenal, sehingga kalau ditanyakan ke nursery-nursery yang ada mereka akan menyebut produk " generik "nya. Awalnya saya tidak percaya tetapi setelah melakukan" interview terselubung" seperti yang ada di Tipi-Tipi ala " Silet ", akhirnya terkuak juga. Ternyata caranya mirip dengan yang biasa dilakukan disini, cuman menang menempelkan merk, sehingga kelihatan eksotis, sesuatu yang tidak akan mungkin dilakukan disini. Karena sebagian besar pembeli akan mencibirnya. " Taneman Wong Ndeso" begitu mereka bilang. Lain dengan arabicum import yang bermerk sehingga terlihat lebih kinclong. Jadi kayaknya kita memang musti belajar banyak dari Thailand kalo ingin pertanian kita maju. Bisnis Pohon juga perlu sekolah marketing, ngga cuman ngerti ngomong bahasa tumbuh-tumbuhan, seperti yang sering dibilang bintang Tamu kita.

Sudah banyak yang teriak-teriak agar kita jangan ngimpor bonggol, beli biji aja kan hemat, nanti digedein didalam negeri, atau kita juga punya stok biji melimpah (padahal asalnya sami mawon). Idenya sih bagus, membangkitkan industri agrobisnis Tanah air, cuman ya banyak juga yang teriak-teriaknya ternyata hanya kedok. Wong dagangannya ngga laku, pantesan aja sok nasionalis, jadi serba susah juga, niat baik ternyata " ditunggangi " - hehehe sok politikus dikit biar keren. Belum lagi orang yang dibilang pakar atau pengen kalee dapet titel pakar, yang kerjanya teori-teori tok, seakan-akan bisa bicara dengan bahasa tumbuh-tumbuhan kalau menjelaskan segala sesuatu. Padahal di Thailand sendiri adenium ditanam sekedarnya saja, dan diperlakukan seperti tanaman. Mereka ngga ngerti apa itu hormon, apa itu bahasa yang aneh-aneh, petani disana juga sama kayak kita ya wong ndeso ini, katrok lah pokoknya ngerti karena berdasarkan pengalaman, dari mulut kemulut. Seandainya di negara kita juga bisa seperti itu, seandainya semua bisa berkembang kayak dinegara orang, seandainya kita bisa masuk tipi....seandainya...

myadenium.com : Gimana mas komentarnya untuk cuplikan diatas,. kan sama-sama wong ndeso ?
Tukul : Wajar, yang gini-gini wajar, karena mereka ngga ngoleksi jadi nanemnya seadanya, wong mau dijual semua ini. Wajar juga kita disini nanemnya musti super hati-hati, pake media khusus, pupuk khusus, air khusus, sedangkan yang punya makan garam aja, gimana ngga, lha wong belinya menyelewengkan dan menguras Anggaran Belanja Rumah Tangga, laporin KaPeKa baru tau rasa. Sobek sobek..

No comments: